Sabtu, 28 Maret 2009

PB IPMIL RAYA Periode 2008-2010


Prolog.
Secara historis tanah luwu adalah sebuah lingkup hamparan area yang begitu lestari, sebuah taman yang bisa mensejahterahkan, menghidupi, memberi harapan semua komponen masyarakat manusia didalamnya, tempat dimana terjadi penyatuan manusia dan lingkunganya yang kemudian berevolusi diantara berbagai segmen-segmen sosial. “Wanua Mappatuo Naewai Alena”, merupakan sebuah ungkapan nilai yang memiliki kandungan historis, sosiologis, religius, demokratis, politis. Sebuah ungkapan ilustratif yang mengambarkan kondisi objektif lingkungan, masyarakat dan sistem ideal yang memayungi keduanya. Secara harfiah “Wanua Mappatuo Naewai Alena” dalah sebuah tempat yang memiliki anugerah kemelimpahan sumberdaya untuk mengsejaterahkan masyarakatnya.
Apabila aksara tradisional ini ditinjau dari sisi historis, sosiologis, religius, demoktatis dan politis, maka gambaran idel akan terlihat dalam segala sisinya. Ada kekuatan didalamnya, kemandirian, lingkup otoritas, dan mampu memberi jaminan perlindungan keamanan, ketentraman, kedamaian, kesejateraan, kemakmuran, kecukupan pada semua lapisan masyarakat secara proporsional yang berkeadilan.
Namun kondisi sekarang, seolah telah menutup mata dari kenyataan tersebut. “Wanua Mappatuo Naewai Alena” diartikan sebagai sebuah aksara yang “pasif”, hanya semata sebagai tempat yang dianugerahi kemelimpahan sumberdaya alam. Menafikan aspek kematangan sosiologis, melupakan semua nilai-nilai luhur didalamnya. Sehingga dalam perjalanan pembangunan sampai sekarang ini telah membekaskan ketertinggalan, ketidak berdayaan sumberdaya manusianya untuk tampil kompetitif pada skala yang lebih luas.
Untuk itu, dalam konteks organisasi kedaerahan, organisasi PB IPMIL RAYA sendiri, di dirikan sebagai alasan praktis untuk menyahuti berbagai persoalan mendasar generasi lokal. Sebuah kebutuhan akan perlunya sebuah agen kontrol, wadah kaderisasi untuk mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas, dan dapat berkonstribusi untuk daerah dan bangsanya.
Namun seiring dengan perjalanan waktu organisasi PB IPMIL-RAYA yang didirikan tahun 1958 telah mengalami pasang surut. Dinamika organisasi telah banyak terkontaminasi oleh berbagai farian-farian kepentingan politik praktis yang menyeret seluruh waktu dan energi keorganisasian. Pada sisi yang lain, kaderisasi sebagai sebuah cara dalam menciptakan sustenibilitas organisasi terhenti dikarenakan tingginya sikap indifidualisme dalam organisasi. Sulitnya aparatur organisasi memilih secara tegas antara target-target pragmatis dan tujuan-tujuan organisasi, semua bercampur baur dalam sebuah skenario aksidentil, pragmatis dan bertujuan jangka pendek.
Degradasi organisasi dalam mengarungi dinamika zaman membukakan pelajaran, ilham dan ide kepada para pengurus baru, Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu-Raya (PB IPMIL-RAYA) priode ini (2008-2010) untuk mencermati penomena historis tersebut dan mencoba mencari berbagai solusi kongkrit untuk mewujudkan sebuah organisasi yang memiliki citra, rasa, kualitas, tanggung jawab dan propesionaliti dalam prosesnya. Sebuah organisasi yang mampu menentukan arah, laju dan bisa mencapai tujuan luhurnya tanpa menghilangkan potensi generasinya dimasa mendatang.
Tugas para Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu-Raya (PB IPMIL-RAYA), adalah sebuah amanah sejarah, sebuah amanah suci, sebuah titipan yang luhur, sebuah keniscayaan bagi para pelakunya untuk menorehkan sebuah cerita yang bisa membekas sepanjang masa, seberkas tanggung jawab yang di dalamnya dititipkan harapan ribuan pelajar, mahasiswa, dan seluruh rakyat Indonesia.